Kamis, 28 Juni 2012

Penghargaan Indonesia untuk pengguna open source

Program computer jenis open source kembali dibicarakan. Kali ini, untuk ketiga kalinya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI memberikan penghargaan “Indonesia Open Source Award” atau IOSA 2012.

Rencananya, award itu akan diberikan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah, mahasiswa, tokoh, komunitas hingga wartawan atas prestasi atau karyanya yang terkait penggunaan peranti lunak jenis open source di Indonesia.

Penghargaan tentang open source diberikan karena di Indonesia terjadi gelombang besar perubahan cara mengembangkan dan mendistribusikan software. Ketua Panitia IOSA 2012, I Made Wiryana menjelaskan, di akhir abad 20 atau sekitar 1970-an hingga 1990-an, para pengembang produk teknologi informatika (IT) berupa software menggunakan cara “cathedral” atau proprietary. Namun, pada abad 21 atau 2000-an justru berubah menjadi cara ”bazaar” atau open source.

“Yang membedakan IOSA dengan penganugrahan lain yang sejenis adalah titik beratnya. IOSA tidak hanya menilai pada apa yang dicapai, tapi bagaimana mencapainya?,” katanya. Apakah cara yang digunakan itu legal atau tidak, cerdas atau tidak dan mandiri atau tidak. “Dengan kemandirian, maka pengguna tidak akan tergantung pada vendor di luar Indonesia” katanya.

Wiryana menjelaskan, jenis produk yang sukses dalam perubahan itu adalah sistem operasi computer jenis Linux, Ubuntu dll. Juga handphone dan tablet (android), web browser seperti Firefox, web server seperti Apache, office suite (open/LibreOffice), database server (MySQL), pemograman (Java) dan lain sebagainya.

Perubahan tidak hanya melanda dunia bisnis, sambungnya, tapi juga pemerintahan, pendidikan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan professional. Pengembangan dan pendistribusian software dengan cara open source telah menjadi pilihan banyak negara di dunia. Sebut saja Brasil, China, Jerman, Korea Selatan, Rusia dan Venezuela.

“Nah, ini adalah forum konsultasi atau sharing antara institusi pemerintahan pusat dan daerah serta stakes holders open source di Indonesia,” kata Wiryana.

Indonesia, tambahnya, mau tidak mau, sukarela atau terpaksa telah dan akan mengikuti perubahan itu. Jika tidak, maka Indonesia akan tertinggal dari kemajuan teknologi, hukum dan perdagangan dunia.

Untuk memberikan penghargaan dan memotivasi bagi para pengguna, penggiat, pendidik, dan pengembang produk-produk berbasis berbasis open source, maka sejak tahun 2010 pemerintah bersama Komunitas Open Source di Indonesia, mengadakan acara besar tahunan bertitel IOSA atau Indonesia Open Source Award.

“Berbeda dengan IOSA 2010 dan 2011, IOSA tahun ini semakin luas dengan memasukkan kalangan mahasiswa, tokoh, komunitas dan wartawan yang akan diberikan penghargaan, sehingga akan ada tujuh jenis penghargaan,” kata Wiryana.

IOSA 2012 akan melibatkan beberapa juri dari komunitas dan pemerintah yang telah dikenal masyarakat Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK) dan Open Source Indonesia, seperti Dr. Ono W. Purbo, Prof. Kalamullah Ramli, Prof. I wayan Simri Wicaksana, Rusmanto Maryanto dan tokoh TIK dan open source lainnya.

Penganugrahan IOSA 2012 yang akan dilaksanakan pada 4 Juli 2012 ini didukung Kementerian Ristek, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi, Asosiasi Open Source Indonesia dan komunitas open source Indonesia lainnya.

“Kita harapkan gairah transformasi dan penggunaan open source semakin meningkat. Dengan begitu, produk-produk TI illegal akan dihilangkan. Sekaligus meningkatkan kemampuan serta penggunaan produk lokal yang legal,” kata Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Ashwin Sasongko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar